top of page
Search
  • Writer's pictureMino Circles Media

Lunar Motel – Berdongeng Lewat Nada dalam “Modern Greek Tragedy”.


Kiri ke Kanan: Pradhaneswara Vikramandaru dan Raka Adhitama. (sumber: Lunar Motel doc.)

Fenomena youtube-core merupakan sebuah topik yang beberapa tahun belakangan ini sedang banyak diperdebatkan. Algoritma youtube yang bekerja di balik setiap layar gawai kita selalu berupaya untuk memunculkan deretan artist-artist yang memiliki karakter dan rupa yang serupa sesuai dengan satu topik yang “pernah” kita minati. Tidak sedikit band yang ikut merasakan ke-mangkusan sistem ini. Namun dalam terobosan sistem semacam ini, pasar seakan-akan kembali menjadi korban. Laman-laman para penikmat musik tanah air tiba-tiba berubah menjadi domisili tetap bagi track-track dengan sound clean, penuh reverb dan chorus yang senantiasa berbisik abadi di telinga para pendengar hingga ada sebuah ungkapan populer berbunyi “The albums will follow you to hell and back until you finally click the damn link”. Tragis!. Jujur saja saya sendiripun sempat terpatil dengan beberapa algortima yang dimunculkan oleh youtube melalui suggestion. Seperti salah satunya karya dari sang pelopor Boy Pablo berjudul Everytime yang videonya sudah tembus hampir 19.000.000+ kali play. Tapi lama kelamaan kalau boleh jujur saya sendiri sudah cukup bosan dengan rentetan artis seperti itu. Namun, sangat disayangkan algoritma tetap saja tak punya rasa bosan, menyuguhkan saya dengan formula yang sama setiap kali saya berkunjung ke laman suaka hiburan Youtube.



Hal yang paling signifikan yang bisa saya tangkap dari fenomena youtube-core ini adalah dampaknya yang tidak main-main terhadap scene di Indonesia tepatnya Jakarta. Banyak sekali bermunculan band dengan down tempo lo-fi, synth, electronic drum, gitar dengan sound chorus dan suara vokal penuh reverb. Sangking banyaknya, saya sudah cukup muak dengan musik-musik yang bagi telinga saya terdengar sama-sama saja (Disclaimer : oh iya harus diingat, semua tergantung selera si heheh). Segmentasi dalam sebuah bisnis memang perlu, tetap segmentasi yang dipaksakan dengan algoritma kadang memberikan dampak yang berbanding terbalik bagi kemajuan scene musik kita.


Masih menyambung fenomena diatas, beberapa minggu yang lalu Mino mendapatkan press rilis dari sebuah band bernama Lunar Motel. Dalam surel yang masuk, mereka turut melampirkan link single pertama mereka bertajuk “Modern Greek Tragedy”. Pada kesempatan awal mendengarkan single ini, saya sempat curiga dengan nuansa yang akan mereka hadirkan, apakah akan menambah kemuakkan saya? Namun setelah membaca press release yang mereka lampirkan, saya menjadi sedikit penasaran dengan konsep mereka yang bagi saya cukup unik dan jarang menjadi pilihan ide musisi-musisi lain. Oleh karena itu pada kesempatan ini Mino tertarik untuk mencoba mengulas single perdana Lunar Motel, sebuah kebaruan ditengah nada-nada monotone korban youtube-core.


Lunar Motel merupakan band baru yang dimotori oleh Raka Adhitama dan Pradhaneswara Vikramandaru. Sebelum saya masuk ke “Modern Greek Tragedy” saya ingin membahas konsep dari Lunar Motel itu sendiri yang sebelumnya sudah saya singgung cukup unik. Konsep bagi sebuah kelompok bermusik merupakan sebuah bagian terpenting, dan ada baiknya segala bentuk projek bermusik dimulai dengan merapatkan konsep karena kebanyakan band-band yang beredar sekarang hanya berlandaskan azas “gaspol dulu, konsep belakangan” sehingga kadang terdengar biasa-biasa saja. Lunar Motel menurut press release yang beredar mereka ingin menciptakan sebuah dunia fiktif yang dapat mereka ceritakan melalui paduan nada dan syair. Lagu-lagu yang akan mereka hadirkan nanti rencananya merupakan rangkaian cerita mengenai kehidupan di dalam “Lunar Motel” dan juga kisah dibalik para penghuninya. Dengan adanya latar dan alur yang sama, semua karya mereka diharapkan dapat menjadi satu kesatuan cerita yang saling berhubungan. Agak penasaran si dengan motel ini bagaimana kedepannya, mungkin untuk perkenalan satu single ini kita masih sangat diberi ruang untuk berspekulasi tentang apa yang akan dihadirkan dalam episode (single) selanjutnya, apakah akan tetap nyambung dan akan tercipta kisah “Lunar Motel” ini (?) harapannya sih seperti itu. Ini merupakan salah satu tantangan berat untuk Lunar Motel, namun apabila kisah yang mereka hadirkan ini tercipta dan selaras, wah menurut saya mereka sangat jenius dan harus diacungi jempol.


Cover dari Single "Modern Greek Tragedy". (sumber: Lunar Motel doc.)

Perkenalan saya dengan “Modern Greek Tragedy” pun berlangsung dengan mencoba memutar track-nya secara penuh. “Moden Greek Tragedy”, sebuah track yang berdurasi 04:19 menit ini seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, agak membuat saya skeptis, karena lagu ini dibuka dengan down tempo lo-fi ala-ala Cuco. Bagi saya sedikit membosankan, tapi tetap saya harus berusaha mendengarkan lagu ini full track demi ulasan yang barokah. Detik ke-25 pun akhirnya dibuka dengan vokal reverb yang dinyanyikan oleh Pradhaneswara dan Raka, dan masih terdengar monotone. Tapi akhirnya telinga saya luluh dimenit 1:11. Disini saya bisa mendengar hook-hook yang mungkin bisa memanjakan telinga-telinga khalayak umum. Entah mengapa di menit itu saya merasa seperti mendengarkan rangkaian nada disalah satu lagu Efek Rumah Kaca dicampur karya-karya terbaru Maliq & d’Essentials. jika ada yang skeptis, langsung saja ditilik sendiri.


Kebetulan di track ini mereka berkolaborasi dengan seorang wanita bernama Kharinta Adella, dialah yang membuka verse dua. ketika saya mendengarkan vokal beliau dalam hati “ok ini bisa dibilang sebagai bumbu tambahan” yang memaniskan suasana. Lirik-lirik yang dikeluarkanpun sangat bagus dalam hal pemilihan kata. Dapat mensugesti dan sangat mencerminkan nuansa Tragedy. Raka dan Pradhaneswara mengambil banyak contoh dari lagu-lagu musikal dalam proses kreatif mereka, sehingga ada beberapa bagian yang terdengar seperti dialog atau monolog. Saya sendiripun tersugesti untuk mengulangnya beberapa kali hahaha. Formula yang ditawarkan pada single ini bagi saya cukup berhasil.



Dari segi teknis rekaman seluruh produksi dilakukan DIY dan direkam di Kamaraka Studio. Menurut saya drum yang dihasilkan di track ini sangat menonjol dan pemilihan sound-nya kurang cocok. Tapi untuk urusan mixing-mastering dalam kategori lo-fi menurut saya baik-baik saja karena vokalnya masih bisa saya cerna dengan baik dan benar.


Keseluruhan dari track ini bisa dibilang bukan sesuatu yang baru akibat dari fenomena youtube-core, tapi saya harus mengakui mereka berdua mampu merapatkan konsep dengan baik dan bisa menyajikan sesuatu yang membuat saya dengan randomnya mendengarkan unsur-unsur Efek Rumah Kaca dan Maliq & d’Essentials di dalamnya. ini hanya penilaian saya pribadi dan KKM telinga saya ya. Tapi Lunar Motel dengan konsep yang ditegaskan diawal mungkin bisa membuat mereka berbeda dengan musik lo-fi yang sudah-sudah. Saya berharap semoga saja single ke-2 dan karya-karya berikutnya tidak membuat para pendengarnya lemes ditengah jalan. Kalau boleh berharap, mungkin dari segi kreatif mereka juga bisa memadukan unsur visual di dalam karya-karya mereka sehingga para penikmatnya bisa diberi kesempatan lebih untuk mampu merasakan realitas alternatif Lunar Motel. Mari dengarkan “Modern Greek Tragedy” di layanan digital streaming favorit kalian, jangan lupa share dan memasukkan karya mereka ke dalam playlist kalian sendiri.



Oleh: Mino

53 views0 comments
bottom of page