top of page

LUST: Membuktikan Kualitas Lewat Debut Album “Tekesima”.

  • Writer: Mino Circles Media
    Mino Circles Media
  • Apr 25, 2019
  • 4 min read

Updated: May 2, 2019


Kiri ke Kanan: Anaqi Jamalludin, Azfar Abu Bakar dan Fariz Khairi. (sumber: LUST doc.)

Akhir-akhir ini saya susah tidur, entah mengapa mata selalu memaksa untuk tetap terjaga sampai benar-benar letih. Cukup gabut si, yang ada saya hanya menghabiskan waktu untuk berkhayal dan berselancar didunia maya, mencari dan mendengarkan musik-musik baru disela-sela kesibukan saya yang masih berkewajiban menuntaskan tugas akhir sebagai mahasiswa. Banyak sekali soundtrack-soundtrack yang menemani jam “gabut” saya. Ada yang hanya melintas sambil lalu dan ada pula yang lulus KKM telinga saya. Untuk yang lulus KKM, efeknya pun cukup adiktif dan hamdalanya jadi didengarkan berulang-ulang secara full album.


Berselancar di dunia maya kadang bisa menjadi alternative “Killing Time” yang sangat berfaedah. Tak melulu memandangi deretan wajah-wajah estetis ala-ala, tetapi bisa juga menambah daftar nama-nama musisi atau band-band Indie yang bisa dijadikan kuncian kalau-kalau ngobrol sama orang hahah dengan harapan bisa nyambung sana sini. Untuk menghargai seluruh waktu yang berhasil saya bunuh, kali ini kepada seluruh pembaca, saya ingin mencoba untuk merekomendasikan sebuah album yang berhasil Lulus KKM telinga saya dan yang paling menarik perhatian saya setidaknya untuk tiga minggu terakhir ini. Kebetulan salah satu pemilik karya album ini berkaitan langsung dengan artikel “Golden Mammoth: Bicara Karya dan Pahit Getir bermusik di Negeri Jiran.”. Mereka adalah LUST dari Kuala Lumpur, Malaysia.


LUST merupakan sebuah unit bermusik yang berasal dari Kota yang sama dengan Golden Mammoth. Perkenalan saya dengan band ini berawal dari poster edaran yang masuk radar timeline Instagram saya sekitar tahun 2016 silam. Ternyata LUST pada tahun tersebut sedang melakukan rangkaian tour EP pertama mereka bertajuk “chingichanga” dan Gana Studio Bintaro merupakan saksi bisu laga perdana mereka di Indonesia. Kabar baiknya, Tepat pada tanggal 28 Maret 2019 lalu, mereka berhasil merilis sebuah debut album bertajuk “Tekesima”.


Menurut kabar dan riset saya dapatkan, saat ini formasi LUST digawangi oleh Fariz Khairi (Gitar dan Vokal). Beliaulah yang membantu lini bass pada Golden Mammoth. Kemudian ada Azfar Abu Bakar (Gitar dan Vokal), Anaqi Jamalludin (Bass) dan drum dibantu oleh additional yaitu Omar Aiman yang juga mengemban tugas sebagai drummer sebuah band bernama JaggFuzzBeats. Pada kesempatan ini saya akan mencoba untuk mengulas karya-karya mereka mulai dari EP pertama mereka dan juga Album terbaru “Tekesima” , mari disimak.


LUST dengan “chingichanga”.


Cover dari EP "chingichanga". (sumber: LUST doc.)

“Chingichanga” adalah title EP pertama mereka yang dirilis pada tanggal 12 Maret 2016. Dengan berisikan lima track berdurasi 25 menit, mungkin EP ini bisa menjadi rekomendasi yang dapat memuaskan hasrat Psychedelic Hunter diluar sana. EP ini menurut saya pribadi sangat kental dengan unsur Psychdelic atau Fuzz Pop (?). Banyak unsur-unsur dibeberapa lagu yang terdengar seperti Tame Impala, Temples dan Lo-Fi ala Foyxgen. Coba saja dengarkan mulai dari track pertama yang berjudul “Aberdeen St.” dan dilanjutkan sampai akhir (jangan diskip heheh). Dengan intro pembuka seperti itu saya langsung berandai-andai ledakan apa lagi yang akan hadir. Menurut saya pribadi, dari segi konsep materi, bisa dibilang LUST dalam “chingichanga” berusaha untuk menghadirkan beragam warna, tapi sangat disayangkan dari segi teknis rekaman yang dihadirkan cukup low fidelity. Dengan kualitas semacam itu, membuat saya susah menerka-nerka antara suara vokal Fariz atau Azfar, entah karena masalah mixing-mastering-nya atau mungkin LUST sengaja ingin menghadirkan sound seperti ini (?) sangat disayangkan sekali. Tapi harus diakui harmonisasi antara Fariz dan Azfar dalam vokal cukup mengejutkan, berkarakter dan unik. Dari segi kreativitas, mereka patut diacungi jempol sebagai duo front-man dan otak dibalik karya-karya LUST. “Chingichanga” bisa menjadi awal perkenalan yang baik untuk para penikmat musik.



LUST dengan “Tekesima”.


Cover dari Album "Tekesima". (sumber: LUST doc.)

“Tekesima” dalam Bahasa Indonesia “Terkesima” yang artinya tercengang; hilang akal; termangu-mangu. Butuh waktu 3 tahun bagi mereka untuk menelurkan album ini. Cukup lama memang, namun bagi saya pribadi penantian selama 3 tahun itu berhasil membuat saya terkesima dengan keseluruhan materi “Tekesima”.


Album ini terdengar lebih “dewasa” dari segi komposisi musik, lirik dan juga rekaman. Hasil rekaman yang disajikan bisa dibilang sangat berbanding terbalik dengan EP sebelumnya. Dari segi lirik, banyak kata-kata yang acap kali diulang beberapa kali, yang ternyata saling bertalian dengan lagu-lagu yang lain. Hal ini cukup unik, karena kata-kata yang berulang dan terulang dalam beberapa bagian itu bisa menjadi semacam sugesti atau menjadi hook yang melekat sehingga para pendengar semacam diberi ruang untuk menerka-nerka makna dibalik lirik-lirik yang di dulang. Dari segi sound yang dihadirkan pun cukup berbeda. Terdengar lebih clean, jangly, mostly sangat pop. Irama upbeat banyak mengiringi track-track yang tersaji, yang secara tidak langsung dapat menghipnotis para pendengarnya untuk “bergoyang” atau hanya sekedar mengetuk irama kaki. Dengan kombinasi sembilan track penuh, mebuat pengalaman mendengarkan album ini akan terasa seperti petualangan yang seru.


Ketika saya mendengarkan “Tekesima” untuk pertama kali, ada beberapa band yang secara spontan (uhuy!) terlintas dipikiran saya. Ada beberapa track terdengar dengan beat seperti Bombay Bicycle Club dan vokal ala-ala The Strokes. Tapi tetap harus diakui kehebatan Fariz dan Azfar mengeluarkan harmonisasi dan vokal sangatlah unik, ditambah sound audio yang dihasilkan juga sudah memadai. Saya sendiri sudah bisa menerka pembagian jatah vokal mereka ditiap track secara jelas. Dalam Album ini, bagi saya mereka berhasil membawa unsur percintaan atau pop cinta-cintaan menjauhi unsur melayu yang notabene-nya sangat kental di negara mereka sendiri.


Dengan beberapa penjabaran saya diatas, kiranya sudah cukup menjelaskan bahwa “Tekesima” berbeda sekali dengan “chingichanga”. Kalau saya pribadi boleh memilih diantara kedua karya tersebut, maka sudah pasti pilihan saya akan jatuh kepada “Tekesima”. Secara keseluruhan, kesan yang saya dapat adalah mereka lebih eksplore dan berani bermain diluar zona aman mereka. Yang pasti album “Tekesima” berhasil membuktikan kualitas LUST yang sesungguhnya. Saya tidak mau berkomentar banyak tentang track-track dialbum ini, sebab saya ingin kalian Terkesima dengan cara kalian masing-masing.


Semoga saja mereka akan melakukan tour lagi di Indonesia, yang pasti saya tidak akan melewatkan persinggahan mereka seperti tahun 2016 silam. Album Tekesima cukup mewarnai pembukaan diawal tahun 2019 ini. Mari dengarkan “Tekesima” di layanan digital streaming kesayangan kalian.



Oleh: Mino.

 
 
 

Comments


bottom of page