top of page
Search
  • Writer's pictureMino Circles Media

Melawan Kecenderungan Tren melalui Rilisan Fisik dan Dokumentasi Karya ala Okik Angkawijaya.


Cover dari Album Children Of The Band - S/T (sumber: Highersound doc.)

Para penikmat musik di Semarang patut berbangga diri karena memiliki insan yang bersahaja, mandiri dan sangat kreatif seperti Mas Okik Angkawijaya. Bagi yang belum tahu, Mas Okik adalah seorang graphic designer, illustrator dan fotografer asal Semarang yang menjadi dalang dibalik sebuah akun Instagram bernama highersound. Highersound merupakan laman Instagram yang diinisiasi olehnya untuk mengapresiasi musisi-musisi lokal yang dia sukai. Semua foto diabadikan sedemekian rupa untuk mencerminkan karya dari musisi-musisi kecintaannya.


Beberapa minggu yang lalu mas Okik berhasil merilis sebuah Zine yang berjudul “The Ground Of The HigherSound”, Zine ini bisa dikatakan sebagai bentuk fisik dari portofolio-nya dalam mengkoleksi rilisan fisik.


Beberapa hari yang lalu Mino berkesempatan untuk mewawancarai Mas Okik. Cukup senang untuk melakukan Interview ini, karena semua dilakukan melalui chat online. Sebuah karya Zine yang digadang dengan judul “The Ground Of The HigherSound” sangat menarik perhatian kami, sehingga kami memberanikan diri untuk menghubungi orang dibalik karya ini. Berikut wawancara Mino dengan Mas Okik perihal seluk beluk rilisan fisik, akun Highersound serta karya terbarunya:


Self-Potrait Okik Angkawijaya (sumber: Highersound doc.)

***


Q: Boleh diceritakan sedikit mas kilas balik dari akun Highersound? Kapan akun ini dibuat dan apa si tujuan dari akun ini?

A: Sebetulnya jauh sebelum tren Instagram hadir, perburuan rilisan fisik khususnya kaset sudah saya mulai saat “bapak-bapak” label indie aktif di Twitter. Sekitar tahun 2012an – jika tidak salah – saya mengikuti akun - akun dengan kata kunci “records”, seperti Sonic Funeral milik mas Adi, Elevation Records milik mas Taufiq, Relamati Records milik mas Indra, Alternaive milik mas Deden, DK Kolektif milik mas Dion, Bronze Medal milik Marcel Thee, Orange Cliff , Grimloc , Grieve Records serta artis - artis indie seperti Kaitzr , Sigmun, dkk yang aktif pada masanya di lini twitter. Ada hal seru ketika tape player sulit untuk ditemukan, “bapak-bapak” tersebut malah memproduksi kaset sebagai media rilis karya musik mereka, serta piringan hitam yang lebih cult menurut saya. Mereka mau mensponsori secara independent artis-artis pada masa itu, sangat inspiratif dan melawan kecendrungan trend. Punk yang sebenarnya.


Titik berat pada pengapresiasian serta pendokumentasian karya mereka sendiri maupun karya rekan–rekan musisi yang juga teman–teman sepermainan itu patut diacungi jempol.


Sebelum menjadi highersound, dulu saya bikin akun "JualMahal" buat jualan kaset doubel yang saya punya. Dengan konsep foto yang tidak biasa dan beda, ini merupakan salah satu cara untuk membuat “JualMahal” berbeda dengan akun yang lain. Soalnya saya jualnya emang mahal hehehe.


Walaupun koleksi yang dijual habis pada saat itu, tapi tetap kegemaran posting koleksi yang unik dan rare lanjut terus. Akirnya nama akun “JualMahal” saya ganti menjadi highersound yang mengkhususkan diri pada pendokumentasian koleksi saya secara visual dengan sedikit ulasan.


Ulasan tersebut menceritakan bagaimana menikmati sebuah karya dengan pendekatan banyak sudut pandang pengambilan gambar. Suasana yang saya tangkap saat menikmati karya tersebut juga saya upayakan ketangkap secara visual.


Udah gak melulu pamer koleksi sih mas. Apalagi sekarang akses mendapat rilisan fisik sudah mudah banget.


Cuma saya selalu tertarik akan unpopular movements. Saya membuat istilah sendiri bisa dibilang si sangat ngarang istilahnya heheh. Jalan pedang. Jalan sunyi. Jadi suka cari yang emang gak banyak orang menikmati. Seperti rilisan–rilisan dari Tandem Tapes atau Sailboat Records. Semakin kesini saya lebih menikmati karya nirkata yg lebih bebas diintepretasikan.


Impact dan efek nada yg menggugah mood, yang kadang asing itu seru sekali mas. Saya juga menghindari bahasan teknik musik karena sekarang everyone can play guitar ya? Hehehehe. Kalo membahas rasa kan lebih personal dan selera emang gak bisa dibandingin.


Q: Kenapa masih tertarik mengumpulkan rilisan fisik? Padahal sekarang sudah masuk Era Digital yang semua serba ada, praktis dan cepat… Kenapa mas tetap memiliih jalur yang “Lebih Sulit” dibanding sekarang?

A: Pertama karena musisi–musisi yang saya gemari juga masih aktif dalam memproduksi album mereka dalam format fisik selain digital. Juga karena ada beberapa musisi yang pengen saya koleksi lengkap semua karya–karyanya. Jadi bisa dibilang ini proyek pribadi abadi mas.


Berikutnya ini merupakan salah satu cara untuk mengapresiasi karya. Saya suka sesuatu yang bisa saya pegang. Karena dari kecil juga dibiasakan berdekatan dengan buku bacaan, menikmati kaset–kaset Ebiet dan Iwan Fals pada masa itu membuat saya ingin meneruskan kebiasaan pada masa muda saya. Juga merintis cita–cita ingin punya perpustakaan buku dan kaset. Puji Tuhan udah mulai ngumpulin karya–karya yang dulu pernah saya miliki tapi hilang, kaset–kaset yang dulu karena keterbatasan uang jajan cuman bisa minjem temen 2 – 3 hari saja.


Pada dasarnya saya ingin mengulang masa muda saya dulu, menikmati ritual bukain lipatan sampul kaset, dan baca sampul tersebut. Saya berharap kelak anak saya atau orang–orang yang tertarik hal yang sama juga bisa ikutan nikmatin proses itu.


Sekarang orang–orang lebih suka melihat daripada membaca maka itu salah satu alesan saya bikin katalog visual online via highersound. Harapannya si berbagi pengalaman batin (hahaha) setelah menikmati sebuah karya.


Q: Sedikit tanggapan mas perihal rilisan fisik yang banyak orang – orang bilang adalah format yang sudah mati. Mas setujuh dengan argumen orang – orang tersebut?

A: Saya sih setuju mas kalo berkenaan dengan format kaset. Buktinya sekarang pada koleksi kaset sebatas disimpan dan yang didengerin format digitalnya. Kecintaannya lebih pada tampilan, kontur, warna, desain, bentuk kaset yang unik tapi segi fungsionalnya terlupakan. Lebih kaya action figure berlabel collectible items.


Peluang investasi kecil-kecilan bisa jadi juga yah mas. Istimewanya rilisan musisi indie Indonesia dibanding musisi luar karena susah dicari, rilisan terbatas, dan jarang dirilis ulang. Sedangkan cd dan vinyl masih tetap bertahan.


Cover dari Album Strange Mountain - Glass Clouds II (sumber: Highersound doc.)

Q: Apa format rilisan fisik favorit mas?

A: Kaset. Pertama sih karena romantisme masa lalu. Beserta ritual ketidak praktisan nya seperti tidak bisa kita langsung setel urutan lagu yang kita pengen denger secara eksak. Kita diajak jalan pelan-pelan menikmati momen. Bukan sesuatu yg sekali colok langsung ngegas heheheh. Sesuatu yg mahal untuk saat ini.


Karena saya punyanya tape deck jadi menikmati kaset praktis di rumah saja, sedangkan pada saat jalan–jalan atau kerja diluar rumah saya pakai format digital.


Q: Kenapa kaset mas? kalau dari segi suara yg dihasilkan katanya media kaset dikategorikan media yang menghasilkan suara kurang bagus.

A: Mungin untuk kualitas suara bisa dimaklumi sih. Karena keterbatasan proses penggandaan dan tempat produksi, jadi secara personal saya menganggap itu tidak apa–apa. Itung–itung inget dulu jaman sekolah saling bikin mixtape lagu satu dengan lagu lainnya naik turun tumpang tinding bisa jadi cerita, sehingga kualitas ya bisa dimaafkanlah. Hehehe.


Personalitas saat menyimak dan menikmati musik lewat medium kaset itulah yang lebih kena ke pribadi saya. Suasana dan kenangan jadul yang dibawa serta kualitas yang kurang sempurna, pada saat-saat tertentu adalah saat–saat paling oke mas. Biasa Anak lama :)


Q: Boleh dong share cara merawat kaset versi mas Okik...

A: Kayanya tips-tips merawat kaset banyak yang lebih jago dari saya mas. Saya cuman sebatas tetap terus disetel aja kasetnya, disimpan ditempat yang tidak lembab aja sih. Juga tidak terpapar oleh cahaya matahari secara langsung biar tidak lekas pudar suara yang terekam di pitanya mas.


"The Ground Of The Highersound" (sumber: Highersound doc.)

Q: Perihal Zine yang mas baru rilis, boleh diceritakan sedikit tentang apa aja si isi Zine tersebut? Dan apa alasan mas untuk merilis Zine yang cukup niat sekali menurut saya, dengan semua visual yang dilihat–lihat merupakan hasil dari foto mas sendiri, dan semua dikerjakan secara DIY? Mas tidak takut rugi untuk bikin Zine ini?

A: Sebetulnya Zine ini sebatas memindahkan isi akun Instagram aja sih mas. Memilih konten untuk menyesuaikan jumlah halaman. Sedikit penyempurnaan pada teks dan layout tampilan foto.


Penyusunan zine ini pada mulanya berasal dari ajakan teman ISI jogja yang mengajak pameran buku akhir tahun 2018 lalu mas.


Setelah pameran usai dan layout Zine juga sudah jadi saya ingin berbagi dengan teman-teman yang tertarik juga. Ada ide untuk sharing versi .pdf nya buat teman dengan mengirim alamat email namun saya pikir bagaimana jika sekalian saja selain soft copy saya tawarkan hard copy sesuai dengan semangat highersound akan kecintaan pada rilisan fisik.


Jadi saya bikin fisiknya highersound dalam bentuk Zine. Judulnya “The Ground Of The Highersound”.


Musik dan suara selalu saya letakkan diatas kepala. Diawang-awang. Yang Kudus. Dengan menyusun fisik highersound saya berusaha membumikan yang diawang-awang tersebut mas. Hehehe


Berkarya dan dokumentasi penting buat saya mas. Tanggung jawab jika kamu banyak menikmati sesuatu kamu juga harus bisa membagikan pengalamanmu pada rekan yang lain. Seperti banyak baca buku maka kamu harus bikin buku (katanya hehehehe). Ada jalan yang bersinggungan saat saya menikmati karya musik dan buktinya ada ajakan teman dan ada bahan yang bisa disusun menjadi buku. Klop lah.


Produksi pribadi karena saya pikir kenikmatan yang saya ingin bagikan ini masuk ceruk yang dalam yang tidak banyak orang bisa menikmati.


Keinginan memaksimalkan kualitas cetak terbitan mandiri ini dengan modal seminimal mungkin, menjadikan teknik cetak digital sebagai pilihan saya. Minimal produksi 1 buku bisa langsung naik cetak. Cuma emang harga jual jadi gak bisa bersaing sih. Tapi tak mengapa. Nomor satu tetap pendokumentasian. Perkara laku engganya ya belakangan mas.


Ulasan Purwaswara - Efek Rumah Kaca (hal.39 "The Ground Of The Highersound") (sumber: Highersound doc.)

Q: Perihal dengan kurasi artis yang ada di “The Ground Of The HigherSound”, kriteria apa dan genre apa yang mas pilih? Apakah terpaku dengan segmen tertentu?

A: Tidak ada yang khusus sih mas. Yang pasti artis–artis yang saya sukai saja. Jika melihat jangkauan genrenya cukup luas.


Saya ada sedikit kecenderungan mencari inovator-inovator dan penjelajah–penjelajah sound-sound baru dan pilihan yang tidak banyak dipilih orang jika ukurannya adalah kecenderungan pasar.


Serta nada–nada yang dapat menggerakkan hati seperti efek kenikmatan selepas membaca buku yang baik. Kabar baik patut diwartakan dan dirayakan.


Untuk referensi, sering seiring kemudahan jalur-jalur penikmatan musik seperti soundcloud, bandcamp, spotify, dkk memberikan kisi-kisi seperti: nah, ini perlu dikoleksi nih jika kelak rilis kaset ato CD nya.


Q: Ada pesan ga mas untuk musisi Indie diluar sana yang mungkin takut untuk rilis fisik? Entah karena takut ga laku dll. Kali–kali dikarenakan gerakan yang mas mulai bisa membuka pikiran–pikiran orang diluar sana untuk peka akan rilisan fisik.

A: Wah saya gak punya kapasitas mas buat kasi pesan, tapi dukungan akan gerakan mandiri di segala bidang semakin hari semakin kuat. Diikuti apresiasi dengan gerakan membeli karya teman serta titik-titik distribusi yang makin subur saya pikir tidak perlu kuatir jika tidak laku jika ukurannya untung rugi. Manfaatin teknologi, jalur pertemanan dan metode marketing paling aman seperti pre-order. Dan pendokumentasian karya dalam bentuk apapun itu yang terpenting mas.


Q: Mas boleh berbagi 5 rilisan fisik favorit mas dari tahun 2018 kemarin…

A:

  1. Kekal – Deeper Underground (Hitam Kelam Records, 2018)

  2. Rayssa Dynta – Prolog EP (Double Deer Music, 2018)

  3. A City Sorrow Built – AI (Zeviors Records, 2018)

  4. Godwinson – In June (Gabe Gabe Tapes, 2018)

  5. Joe Million x Indra Menus Split Tapes (OtaKotor Records x Noise Bombing, 2018)

Q: Mas kalau mau membeli Zine ini bisa lewat mana?

A:

Untuk pemesanan bisa menghubungi WA 08122500298 atau email (m8laik@gmail.com).

Spesifikasi Zinenya sebagai berikut :

  1. Ukuran 14 x 21 cm

  2. Isi 52 halaman

  3. Halaman isi dicetak diatas kertas HVS 100gr

  4. Halaman sampul dicetak diatas kertas BC 200gr

  5. Diterbitkan secara mandiri, dicetak secara digital full color

  6. Harga Rp. 75.000,-

Karena mudahnya cetak digital, saya tidak nyetok banyak mas. 50 buah zine untuk awalan, untuk teman-teman yang telah memesan, sebagian selain dijual sendiri juga ditawarkan ke beberapa titik distribusi untuk titip jual.


Saya juga menyiapkan versi .pdf nya. Buat rekan - rekan yang berminat bisa menghubungi saya lewat email (m8laik@gmail.com) agar nanti saya balas berikut saya sertakan file .pdf nya for freeee :))


SUPPORT YOUR LOCAL ARTIST! CHEERS.


Oleh: Mino.

33 views0 comments
bottom of page